nasi dan lauk pauk apa adanya, apapun yang ada.
Inilah yang kukatakan ; rizky datang dari seluruh penjuru
Pintu pintu dilewati peluru, peluru doa dari mulutmu dan aku.
tergantung niat baik kita, kepercayaan yang teguh
Terus terang ; nasi ini masih berbau mesiu,
dari doa yang meledak
Pada kali ini, mari kita bentangkan kesadaran
antara nasi dan pekerjaan seringkali terselip penipuan
usaha mesti ditegakkan karena hak, hak ilahiah dan hak badaniah
seringkali pekerjaan mencari penghasilan lebih, diluar batas hak
dan berkelit sedikit dari aturan main Tuhan.
Inilah kenyataan pahit abad ini, juga abad kemarin, abad sebelumnya
Juga di abad – abad sebelum ada sajak dan angka.
Berkelit adalah usaha produktif manusia untuk sembunyi dari Tuhan
seperti menendang baja dalam hati, hukum tetap tak bergerak.
Atas dasar apa kau terus melewati garis hak
dan memanjakan kehendak?
Aku menghormatimu, makanlah dengan tenang, apapun yang ada
Tidak termasuk tulang belulang, sebab disitu ada hak-hak hewan
Berapa harga sebait sajak dan selembar sajadah?
Sajak sajak menjadi mahal jika memompa kesadaran
Sejadah semakin harum setiap kali kau cium,
Tergantung niat baik kita, kepercayaan yang teguh
Entah dengan apa makan siang kita besok.
Tidak lagi kupikirkan karena keyakinan harus terus diasah
ayat ayat begitu tegas untuk membuat kita cerdas
doa doa juga mengasyikkan,menenangkan dan mengenyangkan
karena ia berisi kata-kata harapan dan ikhtiar jiwa.
Apakah pekerjaan itu sebentuk rutinitas yang disiplin
gaji, absen, seminar yang simpatik juga seseran mungil.
Atau kebebasan yang berkaidah dan memiliki tata cara ?
Bagi kita orang orang sederhana, pekerjaan mesti dilakukan
oleh dasar cinta dan suka, bukan karena ketakutan dan belanja
Mereka yang terhormat adalah yang berani menanggung beban;
“Apa yang akan kita makan bukan siapa lagi yang perlu kita hewankan”.
Untuk malam ini, aku hidangkan makan malam sederhana kepadamu
dari apa yang aku punya sebatas tidak melewati hak disiplin keilmuanku.
Makanlah dengan tangan kanan, karena itu sunnah.
Sebagian orang masih berupaya untuk hidup tenang kala pensiun
Padahal pensiun adalah sisa hidup, mengapa itu jadi tujuan
Fahamilah maksudku, kita bekerja untuk hari ini dan malam ini
Untuk esok, itulah tantangan supaya menjadi jantan dan pemberani
Bukankah sudah kukatakan tadi, antara nasi dan pekerjaan
Sering kali bertandang setan setan penipuan?
Kuhidangkan makan malam sederhana kepadamu,
Nasi dan lauk pauk apa adanya, untuk seluruh lapar yang ada.
Inilah yang aku katakan ; bersyukurlah untuk setiap kesadaran.
Jambi , 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar